Senin, 08 Desember 2014

Memang tidak mudah mencegah HIV, tapi harus tetap di cegah


HIV (human Imunodeficiency Virus) yang menyerang oraang tua tidak harus melahirkan anak dengan status yang seperti orang tua juga, sebab penularan dari orang tua bisa di cegah meskipun tidak mudah untuk melakukan praktik pencegahannya. click here

Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) mengatakan, tes HIV dan berbagai layanan untuk mencegah penularan dari orang tua ke anak saat ini relatif mudah untuk diakses. Beberapa puskesmas di Jakarta bahkan sudah mampu melayani kelahiran normal untuk ibu yang positif HIV.

Meski begitu, penularan HIV dari orang tua ke anak tetap saja terjadi. Banyak faktor yang membuat risikonya tetap tinggi, antara lain rendahnya kesadaran untuk deteksi dini serta kurangnya kontrol rutin selama masa kehamilan. Kebanyakan, sudah hamil baru periksa. Bahkan ada yang baru tahu status HIV-nya setelah hamil.

Mencegah penularan HIV ke anak harus dimulai dengan deteksi dini dan pemeriksaan yang teratur sejak merencanakan kehamilan. Selama kehamilan pun, jumlah virus (viral load) dan CD4 yang mengindikasikan kemampuan sistem imunnya harus selalu dikontrol oleh petugas kesehatan.

Salah satu kendalanya adalah stigma negatif yang melekat pada pengidap HIV. Jangankan untuk kontrol secara rutin, sekadar untuk melakukan tes HIV saja kadang-kadang kaum perempuan merasa sungkan karena takut disangka pecandu narkoba atau pelaku seks bebas.

Tantangan terberatnya soal stigma. HIV masih banyak dikaitkan dengan moral. Laporan Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa saat ini kasus AIDS (Acquired Imuno Deficiency Syndrome) paling tinggi adalah pada ibu rumah tangga. Hingga triwulan II tahun 2014, kasus AIDS pada kelompok ini tercatat sebanyak 6.516 kasus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar